Mungkin banyak diantara kita yang melihat bagaimana aksi heroik mahasiswa ketika berdemonstrasi, atau mungkin banyak pula diantara kita yang terlibat dalam aksi semacam itu. Banyak dari kita yang ketika melakukan aksi semacam itu dengan anggapan kita sedang membela hak-hak rakyat yang di langgar oleh pemerintah mis: pendidikan, pangan, kesejahteraan, dll. tapi kita tidak pernah sadar, apakah rakyat yang kita bela itu mengetahui bahwa kita membela mereka? atau mungkin kita juga tidak tau apakah mereka sendiri memperjuangkan hak-hak mereka.. banyak pertimbangan kenapa rakyat kerap kali tidak diajak oleh mahasiswa ketika aksi, dalam konteks "mengajak" ini saya berbicara bahwa mereka di ajak berdiskusi, mencari solusi dan bergerak bersama.. Saya memiliki keyakinan sendiri bahwa rakyat diluar sana yang hak-hak nya dilanggar siap untuk bergerak tapi mereka kebingungan karena mereka tidak memiliki arah gerak yang jelas.. Tapi kebanyakan mahasiswa sekarang pun melupakan hal itu, atau kah mereka sendiri melupakan bahwa diri mereka adalah masyarakat.. Disini saya hanya menghimbau bagi para mahasiswa yang merasa dirinya paling murni dalam hal gerakan, "kalian mau menggerakan masyarakat atau masyarakat tersebut akan digerakan oleh oknum-oknum tertentu sebagai alat politik.."
Terkadang ketika gw ingin memaksakan diri, ya akhirnya tewas juga deh.. berusaha untuk bijak dalam hidup pun akhir nya kerap kali terbentur oleh realita yang membuat dada kita ini sesak...
Akhirnya gw pun bisa tertidur dengan nyenyak dari kemahasiswaan ITB setelah selama ini tidak bisa tertidur dengan nyenyak nya..
"Semangat", itu kata yang disebutkan salah seorang teman gw adeline Biologi '05 dan dia mengirimkan foto gw ketika malam penutupan INKM 2008... Mungkin malam itu, adalah saat-saat terakhir gw melihat keramaian dan bisa aktif di ITB ini... Mungkin juga gw ga bakal bisa liat kampus tercinta gw ini. Tapi kemudian seseorang berkata "don't be silly, perjuangan lo belum berakhir.", yang dia katakan memang benar... Di dunia yang kita tempati ini, kita haruslah "sabar dan bego" dalam menjalani-nya.. J ika gw hanya tersandung batu seperti ini saja sudah menyerah, bagaimana gw bisa mencapai cita-cita gw yang sangatlah muluk itu? Dan gw sadar, dengan keluar dari ITB, bukan berarti lilin di hati gw ini akan padam.. dari dulu gw memang sudah sering di ingatkan oleh orang yang dekat sama gw saat itu (anak UI), dan sampai detik-detik terakhir gw mendekati ujian perbaikan pun banyak orang yang menasehatin gw.. Tapi ini memang jalan yang gw pilih dan gw harus bisa menerima konsekuensi atas apa yang gw lakukan... Mungkin banyak orang bilang masa depan gw ga jelas, ga cerah atau apalah.. Tapi, 1 hal yaitu "Masa depan gw berada di tangan gw sendiri..!! dan gw akan tetap menjalani hidup gw untuk mencapai cita-cita gw dari dulu.."
by Ebiet G Ade Perjalanan ini Terasa sangat menyedihkan Sayang engkau tak duduk Di samping ku kawan Banyak Cerita Yang mestinya kau saksikan Di tanah kering bebatuan Oh... Oh... Oh...
Tubuhku terguncang Di hempas batu jalanan Hati tergetar menatap Kering rerumputan Perjalanan ini pun Seperti jadi saksi Gembala kecil menangis sedih Oh... Oh... Oh...
Reff: Kawan coba dengar apa jawabnya Ketika dia kutanya mengapa Bapak Ibunya telah lama mati Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut Kukabarkan semuanya Kepada karang kepada ombak Kepada matahari
Tetapi semua diam Tetapi semua bisu Tinggal aku sendiri Terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya Mengapa di tanah ku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan Melihat tingkah kita Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa Atau alam mulai enggan Bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada Rumput yang bergoyang Oh... Oh... Oh...
Ke Mana Anak-anak Itu Ke mana anak-anak kita itu Anak-anak yang dilahirkan oleh seluruh bangsa ini. Dengan keringat, dengan luka, dengan darah dan kematian Anak-anak yang dilahirkan oleh sejarah dengan air mata tiga setengah abad kemana Ke mana anak-anak itu Siapa yang berani2 menyembunyikan mereka Siapa yang menculik mereka Siapa yang mencuri dan membuang mereka Anak-anak yang bernama kemerdekaan yang bernama hak makhluk hidup dan harkat kemanusiaan yang bernama cinta kasih sesama yang bernama adilnyakesejahteraan yang bernama keterbukaan dan kelapangan kemana.... Aku melihat Anak-anak itu lari tunggang langgang Anak-anak itu diserbu oleh rasa takut yang mencekam aku melihat Anak-anak itu bertiarap ke bawah semak-semak zaman Anak-anak itu ngumpet di balik kegelapan
Kematian bukanlah tragedi kecuali jika kita culik hak dari Tuhan untuk menentukannya Kematian tidak urituk ditangisi tetapi apa yang menyebabkan kematian itulah yang harus diteliti Nyawa badan Nyawa rohani Nyawa kesadaran Nyawa pikiran Nyawa hak untuk tentram Nyawa kewajiban untuk berbagi kesejahteraan Nyawa amanat untuk merawat keadilan Nyawa, nyawa, nyawa, nyawa itu dihembuskan oleh Tuhan dielus-elus dan disayang-sayang bahkan nyawa setiap ekor coro bahkan nyawa cacing yang menggeliat-geliat dijaga oleh Tuhan dalam tata kosmos keseimbangan Tuhan sangat bersungguh-sungguh dalam mengurusi setiap tetes embun yang ia tampung di setiap daun Tuhan menyayangi dengan sepenuh hati setiap titik debu yang menempati persemayamannya di setiap ruang Tapi kita iseng sesama manusia Kita tidak serius terhadap nilai-nilai Bahkan terhadap Tuhan pun kita bersikap setengah hati
Duh, apa sih yang menancap di atas ubun-ubun kesadaran kita ini Di akal kepala kita ini Di dada kita ini Sehinggga sedemikian rajin kita tanam dendam dan kekerasan Bukannya kelembutan atau kasih sayang
Yogya 1995.
dikutip dari buku Emha Ainun Nadjib, Doa Mencabut Kutukan, Tarian Rembulan, Kenduri Cinta, Penerbit PT Gramedia, Jakarta 2001
I am lively, energetic, and have a brilliant personality. I am most happy when i am surrounded by my friends; as a friend myself, i am loyal, truthful, and fun to be around. Be careful, though, to make sure to try to act my age. After all, there is only so much whining that this world can take.