Pasti diantara kita semua banyak yang tidak mengerti apakah itu Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri tentang Pemeliharaan Momentum Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Mengantisipasi Perkembangan Perekonomian Global. Sebenarnya kalau kita lihat dengan kacamata orang awam, SKB ini terlihat sebagai bentuk antisipasi pemerintah terhadapa kondisi ekonomi global yang sedang mengalami resesi, tapi SKB ini sangatlah tidak masuk akal kalau menurut saya pribadi.
Mari kita lihat di bawah ini
Pasal 3 menyebutkan, Gubernur dalam menetapkan upah minimum mengupayakan agar tidak melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
Jika kita garis bawahi, disana dituliskan agar penetapan upah minimum agar tidak melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebelum kita bahas lebih lanjut, marilah kita cari tau dulu apakah itu pertumbuhan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun.
Jadi, pendapat nasional sangat tergantung oleh yang namanya RTK, yaitu pendapat per rumah tangga. Pendapatan per rumah tangga itu bisa kita katakan sebagai jumlah pendapat perkapita anggota keluarga yang berada didalam suatu keluarga. Sedangkan yang dimaksud pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.
Jika upah minimum disarankan untuk tidak melebihi pertumbuhan ekonomi nasional, menurut saya itu sangatlah salah. Dikarenakan dengan banyaknya pendapatan yang dihasilkan buruh, secara tidak langsung itu akan menunjang pertumbuhan ekonomi nasional kita. Sekarang, permasalahan disini adalah kebanyakan dari perusahaan itu kesulitan dalam menjual barang hasil produksi mereka. Kenapa? Karena kebanyakan perusahaan itu mengekspor hasil produksi mereka ke luar negeri. Sekarang, kenapa tidak kita buat sebuah perekonomian yang berputar didalam negeri ini? Negeri ini butuh apa, yang silahkan buat dan jual di dalam negeri. Dengan seperti ini, kita tidak perlu pusing-pusing karena barang hasil produksi kita tidak di terima oleh negara luar.
NB : Kenapa yah mahasiswa dikit yang peduli dengan SKB 4 menteri ini?? Atau karena mereka bukan dari kaum buruh ya?
Jumat, 14 November 2008 pada jam 15.00, bertempat di ruang dua sembilan Campus Center (CC) Barat kampus ITB diadakan diskusi publik dan peresmian HOV (Hands off Venezuela) yang di inisiasi oleh Majalah Ganesha ITB. Acara ini dimulai dengan pembacaan kata sambutan yang dilakukan oleh Feriandri (elektro 2004) sebagai ketua pelaksana sekaligus Pemimpin Umum (PU) Majalah Ganesha ITB (MG-ITB), kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter “No Volverán - The Venezuelan Revolution Now”, film ini merupakan film dokumentasi tentang revolusi yang terjadi di venezuela yang dibuat oleh Hands off Venezuela (HOV). Didalam investigasi pembuatan film membawa kita pada masa pemilihan presiden tahun 2006, perjalanan menuju perkampungan kumuh yang bernama barrios, dan beberapa pabrik yang dikontrol secara langsung oleh karyawannya, untuk mencari tahu kenapa disana terjadi pergerakan melawan kapitalisme, apakah sosialisme abad ke 21 itu, dan bagaimana ini merubah kehidupan masyarakat. Setelah pemutaran film kurang lebih selama tiga puluh menit, acara ini dilanjutkan dengan diskusi publik dengan tema “Komparasi demokrasi representatif dan demokrasi partisipatoris”. Diskusi ini di isi oleh dua orang pembicara yaitu Jorge Martin (International Secretary of Hands Off Venezuela) yang didatangkan langsung dari spanyol, dan Agus Wahyuono (Ketua LMND Jabar). Setelah kurang lebih satu setengah jam diskusi berlangsung, acara ini diakhiri dengan peresmian HOV (Hands Off Venezuela) Bandung yang diresmikan oleh koordinator HOV (Hands Off Venezuela) Indonesia. HOV (Hands Off Venezuela) adalah sebuah program kampanye solidaritas jelata yang beroperasi di 30 negara lebih dan telah di mulai sejak tahun 2002 pasca kudeta gagal terhadap pemerintahan chavez dan mengakhiri revolusi bolivarian. Di Indonesia sendiri, HOV (Hands Off Venezuela) sudah dideklarasikan pertama kali pada maret 2008 di Jakarta oleh beberapa organisasi yang bersepakat terhadap prinsip kampanye HOV (Hands Off Venezuela), solidaritas ini kemudia berkembang luas ke beberapa kota lainnya.
Berjalan di situ...di pusat pertokoan Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya beraneka ragam Cari apa di sana....pasti tersedia Asal uang di kantong cukup Itu tak ada soal
Aku ingin membeli..kamu ingin membeli Kita ingin membeli...semua orang ingin membeli Apa yang dibeli...mimpi yang terbeli... Tiada pilihan selain mencuri..
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli Sampai nanti sampai habis terjual harga diri Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Segala produksi ada disini Menggoda kita tuk memiliki Hari-hari kita berisi hasutan Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan Yang bergaya tak terjangkau olh bapaknya Yang maling
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. Seperti yang kita ketahui, sudah hampir 60 tahun Indonesia merdeka dari jaman penjajahan secara fisik. Disaat para leluhur kita memproklamirkan kemerdekaan negeri ini, itu lah saat kita merdeka. Tidak lupa pula kita terhadap darah yang telah mengalir demi memperoleh kemerdekaan itu. Pemuda kala itu tidak bersekolah demi membela yang namanya “kemerdekaan” dan rela mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk bumi pertiwi ini.
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. Sudah 80 tahun tidak terasa dulu leluhur kita mengikrarkan sumpah yang mempersatukan mereka saat itu, sebuah sumpah yang dikenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Sebuah sumpah yang bukan hanya sebuah kata-kata belaka, namun penuh dengan penghayatan dan pelaksanaan. Dulu para leluhur kita menyatakan “kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air indonesia”, tapi mungkin sepuluh atau 20 tahun lagi pemuda/i jaman itu akan mengatakan sumpah yang berbeda dengan 80 tahun yang lalu. Atau mungkin bunyi sumpahnya seperti ini “kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah dan air milik asing”. Apakah anda sebagai pemuda saat ini akan membiarkan hal itu terjadi di masa depan? Sebuah bangsa yang besar tanpa memiliki tanah dan air. Sebuah bangsa yang besar tapi telah dirusak oleh pemuda pada jamannya.
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. Perlu kita ingat juga 80 tahun yang lalu, pemuda/I mereka juga bersumpah “kami poetra dan poetry Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia”, apakah hal ini masih bisa tercipta 10 atau 20 tahun lagi? Dimana kini banyak diantara kita yang merasa malu memakai kata Indonesia sebagai bangsanya. Yang ada hanyalah, bangsa jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan lain sebagainya. Dimana kah letak satu bangsanya? Tidak perlu kita pungkiri bahwa pemuda/I saat ini lagi mengalami krisis indentitas kebangsaan, dimana suku lah yang menjadi nomor satu dibandingkan bangsanya sendiri. Memang benar, bangsa ini tercipta atas banyak suku, tapi dengan arogansi kesukuan akan mengakibatkan hilangnya bangsa ini dari muka dunia.
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. 80 tahun yang lalu mereka juga pernah mengucapkan “kami poetra dan poetry indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa indonesia”. Apakah hal ini masih bisa dibenarkan dijaman sekarang? Jaman dimana pemuda/I saat ini lebih bangga menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa kita sendiri. Jaman dimana para pemuda/I masa depan mungkin tidak akan mengenal yang namanya bahasa Indonesia lagi.
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. Selama beratus-ratus tahun untuk mendapatkan kemerdekaan, para darah muda telah menganggkat bamboo runcing untuk melawan penjajah. Kini, pemuda/i kita mengangkat pena, dan itu pun kebanyakan untuk menandatangi surat utang kepada luar negeri agar bangsa ini kembali di jajah. Dan ironisnya, yang membiarkan bangsa ini di jajah adalah bangsa kita sendiri. Wahai teman ku pemuda/i, tidakkah sadar bahwa belenggu penjajahan masih terikat di bumi pertiwi ini? Dimakah kalian wahai pemuda/i, ketika bumi pertiwi ini membutuhkan kalian? Apakah kalian sudah menjadi budak orang asing di negeri sendiri? Apakah kalian tega membiarkan manusia sebangsa dan sedarah kalian menderita di negeri ini sendiri?
Salam hangat untuk pemuda/i bangsa ini. Masa depan bangsa dan negeri ini di tangan kalian wahai pemuda/i. mau jadi apa pun masa depan, semua itu berada ditangan kalian. Jika kalian bangkit, maka negeri ini akan bangkit. Jika kalian tidak peduli, maka siapa lagi yang akan peduli dengan bumi pertiwi ini. Lihat lah kawan, sawah disana telah digusur hanya demi kepentingan perusahaan asing. Beribu-ribu bahkan berjuta-juta rakyat diluar sana kelaparan, apalagi untuk sekolah, lapangan pekerjaan pun mereka tidak mendapatkannya. Lepaskan lah jiwa dan raga mu dari pemikiran-pemikiran busuk media saat ini, mulai lah melihat realita diluar sana, jadilah lebih dekat dengan masyarakat sebangsa kalian, jangan lah hanya termakan buaian media. Rakyat bangsa kita semua sudah dirampas hak-nya, tergusur dan terbuang dari yang namanya sebuah kehidupan yang layak. Jangan mau ditindas!! Jangan mau dijajah jiwa dan pikiran kita!! Serukanlah sebuah budaya pembebasan tuk seluruh rakyat kita wahai pemuda!! Bangun kalian wahai pemuda/i!! tuk hari esok yang lebih baik!!
Tulisan ini dipersembahkan untuk memperingati "Hari Sumpah Pemuda"
I am lively, energetic, and have a brilliant personality. I am most happy when i am surrounded by my friends; as a friend myself, i am loyal, truthful, and fun to be around. Be careful, though, to make sure to try to act my age. After all, there is only so much whining that this world can take.